Posts

Buku Generasi Phi

“Ulasan Faisal banyak memberikan kedalaman wawasan. Terutama ketika harus berkomunikasi dengan generasi millenial Indonesia.”

—Affi KhresnaPenggiat sinergi lintas Generasi & Chief Happiness Officer Pinasthika Creativestival

Anda bingung melihat pemikiran dan perilaku anak muda zaman now. Bisa dimaklumi. Perbedaan generasi tentu akan memunculkan gap. Mispersepsi dan miskomunikasi seringkali terjadi. Tidak jarang berujung pada perselisihan dan pertengkaran.

Didasarkan pada aktivitasnya meneliti anak muda lebih dari satu dekade, Penulis mengajak kita untuk mengetahui dan memahami generasi millenial lewat pengelompokan generasi yang khas Indonesia. Selain akan mengurangi gap antar generasi, pada saat yang sama juga akan mampu mempersiapkan generasi berikutnya dengan tepat .

Review: Buku Generasi Phi, Memahami Milenial Pengubah Indonesia

Anda bingung melihat pemikiran dan perilaku anak muda zaman now. Bisa dimaklumi. Perbedaan generasi tentu akan memunculkan gap. Mispersepsi dan miskomunikasi seringkali terjadi. Tidak jarang berujung pada perselisihan dan pertengkaran.
Didasarkan pada aktivitasnya meneliti anak muda lebih dari satu dekade, Penulis mengajak kita untuk mengetahui dan memahami generasi millenial lewat pengelompokan generasi yang khas Indonesia. Selain akan mengurangi gap antar generasi, pada saat yang sama juga akan mampu mempersiapkan generasi berikutnya dengan tepat .

“Ulasan Faisal banyak memberikan kedalaman wawasan. Terutama ketika harus berkomunikasi dengan generasi millenial Indonesia.”
—Affi Khresna, Penggiat sinergi lintas Generasi & Chief Happiness Officer Pinasthika Creativestival

Selama ini mungkin kita sudah sangat familier dengan istilah generasi milenial. Generasi milenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1982 – 2004. Tapi bagaimana dengan generasi phi? Pernah dengar kah?

Generasi phi disebut sebagai generasi pengubah Indonesia. Generasi ini adalah yang lahir antara tahun 1989 – 2000 dan bakal menjadi penentu gerak langkah seluruh generasi muda Indonesia sampai 50 tahun mendatang. Melalui buku Generasi Phi, Memahami Milenial Pengubah Indonesia, semua hal yang berkaitan dengan generasi phi serta perkembangan perubahan  yang terjadi dari generasi ke generasi dikupas habis. Ada banyak wawasan menarik terkait perubahan yang pernah terjadi dan yang diprediksi akan terjadi di setiap generasinya.

Sudah dimuat fimela.com

Generasi Phi, Generasi Bingung?

“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.” (Neson Mandela)

Kalimat tersebut sering kali terdengar di beberapa tempat dan kesempatan. Mungkin saat belajar di kelas, seminar motivasi, ataupun diskusi. Lalu timbullah pertanyaan, pemuda seperti apakah yang bisa memimpin dan mengubah Indonesia untuk menjadi negara yang maju?

Dewasa ini, generasi muda yang kerap disebut sebagai generasi milenial tengah menjadi perbincangan. Dari berbagai obrolan, yang kerap terdengar adalah hal-hal negatif tentang generasi milenial. Mereka disebut asosial, tak punya loyalitas, individualis, dan masih banyak cap negatif lainnya yang dilontarkan.

Anggapan negatif itu bisa muncul karena generasi yang senior acapkali salah tafsir terhadap generasi milenial. Bukan karena kurang informasi dan data, melainkan karena kurang cermat melihatnya.

Tak mau suasana semakin keruh, Komunitas Perempuan Kebaya, Kopi, dan Buku menggelar diskusi bertema “Jebakan Milenial” di FX Sudirman, Jakarta, Jumat (23/2). Kali ini, diskusi menghadirkan dua pembicara, yaitu pendiri Youth Laboratory Indonesia, Muhammad Faisal dan Direktur Andal Software, Indra Sosrodjodo.

Diskusi ini diawali dengan pemaparan oleh Muhammad Faisal. Dia menjelaskan tentang pengertian generasi milenial yang diangkat sebagai tema diskusi. Menjalani sebuah biro riset anak muda pertama di Indonesia, Faisal mengaku lebih suka menggunakan sebutan generasi fi (phi, nama huruf ke-21 dalam abjad Yunani) daripada generasi milenial.

“Saya tidak gunakan sebutan generasi milenial, karena kesannya over judge. Huruf phi sendiri digunakan dalam ilmu biologi dan juga matematika sejak zaman Yunani kuno. Phi juga disebut sebagai golden ratio yang menyimbolkan harmoni dan kesempurnaan. Dalam arti, generasi milenial di Indonesia saat ini menampilkan dua sifat itu, harmoni dan kesempurnaan,” terangnya.

Perbedaan karakter dan sudut pandang dengan beberapa generasi sebelumnya membuat generasi phi “terlihat salah”. Namun, pada kenyataannya tidak demikian. Dalam buku Generasi Phi yang ditulis Faisal, antara lain tertulis,”Tidak pernah ada karakter generasi yang benar-benar baru. Karakter generasi adalah kolektif yang diwariskan dari generasi terdahulu.”

Dengan demikian, menurutnya, sebuah karakter terbentuk karena situasi sosial ataupun politik yang terjadi saat sebuah generasi dibesarkan. Dalam kurun waktu yang berjarak 30 tahun, hadir tiga generasi sebelum phi. Pertama, generasi “alfa”yakni angkatan Soekarno, Tan Malaka, dan Sutan Syahrir.  Mereka adalah founding fathers Indonesia. Dalam persoalan karakter, mereka adalah sosok yang memiliki sifat profektif.

Generasi kedua adalah “beta”, yakni angkatan Adam Malik, Soeharto, dan Bung Tomo, yang lebih memiliki sifat heroik. Generasi ketiga disebut “omega”, yang diisi oleh Iwan Fals, Rano Karno, Roy Marten, dan lain-lain. Dalam diri mereka terbenam rasa adaptif dan kompetitif, karena keterbatasan ruang berekspesi.

Sedangkan generasi phi adalah mereka yang lahir sekitar 1982 sampai 2004, (18-24 tahun). Menurut Faisal, phi adalah simbol yang mewakili generasi milenial yang kerap diangap irasional dalam bertindak. Mereka lahir dalam keadaan sosial-politik yang dipenuhi dengan perkembangan digital, radikalisme, korupsi besar dalam pemerintahan, dan pasar bebas. Generasi phi lebih cenderung tertarik pada industri kreatif dan mempunyai minat pada dunia politik.

“Generasi phi saat ini memiliki kecenderungan untuk tidak masuk ke dalam struktur pemerintahan. Mereka lebih senang melahirkan gerakan independen dan aksi kreatif yang relatif berbeda dengan gerakan politik masa lalu. Mereka lebih senang membicarakan isu dan sikap politik melalui media sosial,” terangnya.

Perilaku semacam itu, menurut Faisal, tidak buruk. Namun, bila terus dibiarkan, kemungkinan besar akan mengurangi kadar nasionalisme mereka beberapa tahun mendatang. “Mungkin tahun 2039 nanti yang dipilih menjadi presiden adalah seseorang yang mampu mendefinisikan Indonesia itu seperti apa,” katanya.

Selain itu, Faisal melihat generasi muda yang lahir di era digital kini mengalami “kebingungan mental”. Mereka mendapatkan banyak informasi, dari yang faktual hingga hoax. Mereka dipaksa untuk mencerna sendiri dan mempersepsikannya sebagai realita. Akibatnya, tak sedikit generasi muda mengalami kebingungan, bahkan frustrasi.

Untuk meminimalisasi dampak negatif perkembangan zaman terhadap generasi muda, Faisal menyatakan peranan komponen mikro, khususnya keluarga, sangat penting. Keluarga bisa menumbuhkan rasa nasionalisme, sekaligus menolak intoleransi dalam diri anak-anak muda. Hal itu bisa dilakukan, antara lain lewat diskusi-diskusi kecil, membangkitkan lagi kesenian lokal, dan juga melakukan pendekatan personal.

“Saya yakin budaya dapat menjadi jembatan penyambung persepsi dan pemahaman antargenerasi, serta mengurangi jurang prasangka dan steriotip,” ujar Faisal.

Hal senada disampaikan Indra. Dia mengaku kerap menemukan “kebingungan” yang menyelimuti generasi milenial. Dia juga mengaku cukup sulit menghadapi generasi milenial yang tak tentu arah. Bahkan, dirinya pun sulit mencari pegawai muda yang tertarik dengan perusahaannya yang bergerak di bidang teknologi dan informasi.

“Kalau anak muda berkata sulit cari pekerjaan, kita pun sama. Sulit cari pekerja muda yang memiliki tujuan hidup ke depan. Kebanyakan dari mereka bingung ketika ditanya mau jadi apa 10 tahun ke depan. Karena, mereka lebih mengejar passion daripada karier,” terangnya.

Untuk merangkul generasi milenial, Indra mengaku terus melakukan pendekatan personal kepada para pegawai-pegawai muda di kantornya. Sebagai atasan, dirinya mencoba untuk lebih terbuka, sehingga bisa mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan generasi milenial dalam merintis karier.

“Ya, saya lakukan tanpa adanya batasan bos dengan karyawan. Setelah saya lakukan itu, mereka (generasi milenial) jadi lebih terbuka. Di sanalah saya mengedukasi mereka, untuk tetap berjalan terstruktur dan mereka pun mampu menentukan arah kehidupan mereka,” terangnya.

Sumber : beritasatu.com

8 Karakter yang Perlu Diketahui Mengenai Generasi Langgas (Millenials Indonesia)

Generasi Langgas merujuk kepada Generasi Millenials atau Gen Y, yaitu generasi yang lahir dalam rentang tahun 1980 sampai tahun 2000. Generasi Langgas menjadi sebuah terminologi populer ketika buku ‘Generasi Langgas’ yang ditulis oleh Yoris, Dilla Amran dan Youth Laboratory Indonesia terbit pada tahun 2016 dan menjadi best seller.

Dalam salah satu Bab buku tersebut dijelaskan mengenai Karakter dari Generasi Millenials atau Langgas. Bab tersebut merujuk kepada riset dari Muhammad Faisal PhD dan Tara Talita Msc dari biro riset Youth Laboratory Indonesia di lima kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, Makassar, Malang) mengenai karakter dan perilaku dari Generasi Langgas.

Youth Laboratory Indonesia sendiri didirikan oleh Muhammad Faisal pada tahun 2009 dan telah intens selama 8 tahun terakhir melakukan studi etnografis juga survei pada Generasi Langgas (informasi lebih lanjut bisa didapatkan lewat www.enterthelab.com). Delapan karakter Generasi Langgas yang berhasil dicatat oleh Faisal dan Tara lalu dipaparkan dalam buku Generasi Langgas adalah sebagai berikut:

 1. Collective

Generasi Langgas adalah generasi paling kolektif sepanjang masa. Karakter kolektif ini tidak hanya didorong kecenderungan psikologis yang mengemuka pada generasi ini akan tetapi juga difasilitasi oleh kehadiran media sosial yang membantu para Langgas untuk mengaktualisasikan dorongan kolektif mereka. Tidaklah heran apabila Indonesia menjadi satu-satunya negara dimana penetrasi media sosial semakin tinggi namun alih-alih membuat para Langgas semakin individualis malah membuat mereka semakin kolektif. Wujudnya dapat ditemukan dalam berbagai komunitas yang kini mengemuka.

 2. Customization

Generasi Langgas di Indonesia tidak secara bulat-bulat menelan tren ‘overseas’ yang masuk ke dalam negeri, akan tetapi mereka terjemahkan dalam warna serta bentuk yang sesuai dengan nilai-nilai kelokalan. Kita bisa lihat bagaimana tren popular mengejawantah di kota Bandung, Yogyakarta, dan Makassar dalam rupa distro serta event pemuda yang sangat khas.

 3. Community

Generasi Langgas di Indonesia bergeliat melalui komunitas untuk menciptakan berbagai perubahan sosial. Mereka tidak secara pasif menunggu hadirnya perubahan dari struktur formal akan tetapi bergerilya membuka ruang kreasi bagi pemuda lain di sekitar mereka. Komunitas tumbuh kembang dengan pesat dalam ranah hobby maupun sosial sejak Generasi Langgas memasuki usia remaja.

 4. Close to Family

Generasi Langgas menjadi generasi yang paling dekat dengan keluarga. Keluarga menjadi tempat berlindung juga support moral bagi para Langgas di tengah hiruk-pikuk globalisasi. Bahkan, para Langgas kerap membantu orang tua mereka yang berasal dari Generasi Baby Boomers untuk catch up dengan berbagai perkembangan zaman.

 5. Change over Generation

Generasi Langgas menjadi generasi yang tumbuh besar di era transisi politik, yaitu reformasi 1998. Oleh karena itu, mereka memiliki karakter yang sangat terbuka terhadap bahkan bereksperimen dengan berbagai paham ideologis. Generasi Langgas sangat kritis serta tidak take it for granted dalam menerima sebuah paradigm tertentu.

 6. Chasing Inspiration

Generasi Langgas adalah generasi yang retrospektif. Mereka tak hanya melihat ke saat ini atau masa depan, akan tetapi mereka juga melihat kebelakang untuk mendapatkan inspirasi. Kita bisa dapati saat ini Generasi Langgas banyak menghidupkan kembali berbagai tren lama juga berinteraksi dengan para trendsetters dari kalangan generasi X.

 7. Connected

Generasi Langgas adalah generasi yang terkoneksi. Kemana-mana pasti mencari wi-fi, bukan hanya untuk bersosial media saja akan tetapi mereka memiliki kebutuhan dasar untuk sharing dan mengetahui update informasi yang berkembang dari berbagai belahan dunia. Mereka adalah orang pertama yang mengetahui kabar berita penting di pagi hari.

 8. Confidence

Generasi Langgas adalah generasi yang sangat percaya diri. Mereka terlatih sejak usia dini untuk tampil di depan publik lewat media digital, mereka adalah storyteller yang handal, kurator informasi, dan bisa melakukan berbagai keterampilan secara bersamaan.

Pengetahuan mengenai Generasi Langgas menjadi sangat penting mengingat ada bonus demografi yaitu 64 juta penduduk Indonesia berada di bawah usia 30 tahun.